Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_plotpoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013.
Kotak Mimpi
Biasanya hujan adalah favoritku, karena aku merasa teranugerahi
dari langit. Tapi kali ini terasa kurang, karena ada ruang hampa udara di dada
terasa lebih melebar dengan atmosfer saat hujan.
Hari ini aku masih berdiri di ujung harapan, sambil membawa
kotak yang kita namakan Kotak Mimpi. Kamu enggan menemuiku. Aku tahu, ini tandanya aku dipaksa bersepakat
untuk saling menjauh. Saling berjalan membelakangi, dengan alasan menemukan
sebuah teori yang kamu sebut 'kelebihbaikan', yang aku kurang mengerti.
Tapi semenjak kesepakatan ini, aku mulai meragukan Teori Gravitasi
Newton, aku seperti berjalan melayang. Ruang hampa udara muncul dalam
paru-paru. Ruangan tersebut tidak terisi udara, seperti ada atmosfer lain yang
menghalangi udara masuk, walau aku menghirup dalam nafasku.
Ah, Mungkin itu adalah ruangan tempat kebahagiaanku yang
terbawa kamu saat kamu berkemas pergi mencari kebenaran teori 'kelebihbaikan'mu.
Teori yang mau tidak mau harus aku terima, walaupun aku kurang setuju. Karena
mungkin memang ada banyak yang yang lebih baik di luar sana.
Tapi, bukannya teori
tersebut masih terlalu absurd?
Hari ini aku dipaksa bersepakat meruntuhkan harapan dalam
Kotak Mimpi kita. Merobek lembaran yang kita tulis bersama, mimpi-mimpi yang kita
berjanji akan mencapainya bersama.
Hari ini aku masih menggenggam kotak mimpi kita, berharap
ada keajaiban yang membuatmu terbangun untuk kembali mau membingkai mimpi
kembali. Namun, tampaknya hari ini aku dipaksa bersepakat untuk tidak lagi
bersepakat mewujudkan kegilaan dalam otak kita, mewujudkan keajaiban dalam
dunia kita. Sesak menyeruak dalam dada ketika tahu bahwa upaya kita akan berakhir.
Bukan perpisahan yang menyesakkan, tapi kenyataan bahwa kita
akan kembali bertemu, suatu saat, menjadi orang lain. dan bagaimana mimpi gila
kita tidak lagi bernilai dan terbuang layaknya sampah.
Aku hanya menakutkan satu hal. Lupa.
Kita berjalan ke arah berlawanan, kemudian kita saling
membentuk diri, kemudian kita bertemu kembali dan menjadi orang asing. Bahwa
takut aku lupa pernah sebegini merindukanmu, aku lupa bagaimana rasa
mencintaimu seperti hari ini.
Mungkin kamu tidak pernah tau ketakutan ini. Karena
menurutmu itu adalah konsep di kepalaku, yang kamu sebut sebagai ketakutan yang
berlebihan.
Hari ini, aku yang masih berdiri di depan pintu rumahmu dan
masih berharap kamu berpikir ulang. Aku masih menunggu.
Akhirnya, aku putuskan untuk mengubur kotak mimpi kita.
Bersamanya kita kubur semua yang pernah terjadi.
Kenangan berputar saat ini. Ingat bagaimana kamu sangat
bermimpi untuk berbungee jumping dari menara eiffel?
ingat bagaimana kamu bermimpi gila untuk menjelajah Bima
Sakti?
Ingat bagaimana kamu tulis dalam kertas, bahwa kita akan
menjadi satu entitas yang tidak terpisahkan?
Hari ini, aku tertawakan konsep rasionalitas otak manusia
dan bagaimana otak bekerja. Bagaimana bisa hari ini manusia merasa saling memiliki,
kemudian hari manusia bisa saling menjauhi?
Bagaimana bisa dulu kita merasa saling melengkapi, hari ini
kita merasa saling membebani? Lucu bahwa mimpi irasional kita lebih menarik
daripada kerasionalan yang kamu baru pahami. Dan itu yang membuat kamu pergi.
Baiklah, ambillah semua yang kamu inginkan dan pergilah.
Kalau suatu saat kita bertemu, jangan pernah lagi mengajak aku untuk membangun
mimpi bersama.
Hari ini, kamu berhasil menghancurkan galaksi impianku.
Semoga bukan kamu lagi yang akan membangunnya.
Mari berjalan…
Dan jangan datang lagi.